Sayangku, jawab istrinya, kalau aku menikah dengannya, dia yang akan menjadi direktur utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin.
25/10/10
SUKSES KARENA DUKUNGAN ISTRI
Sayangku, jawab istrinya, kalau aku menikah dengannya, dia yang akan menjadi direktur utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin.
Kumpulan Maqam-Maqam Kekasih Yang Dicintai Allah & Manusia
14/10/10
Gusti Allah Tidak "nDeso"
Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun. "Cak Nun," kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu : pergi ke masjid untuk shalat Jumat, mengantar pacar berenang, atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"
Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."
"Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar si penanya.
"Ah, mosok Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun. "Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak, " katanya lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi.
Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong, Tuhan tidak berada di mesjid, melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu.
Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang.
Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu.
Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.
Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini.
Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"
Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak-injaknya.
Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan.
Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca Al-Quran.
Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Standar kesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknya dia hadir di kebaktian atau misa.
Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah output sosialnya : kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi, membantu sesama.
Idealnya, orang beragama itu seharusnya memang mesti shalat, ikut misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.
Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi ke kebaktian, ikut misa, datang ke pura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama.
Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.
Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan social pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya.
Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan.
Source : Internet Bebas
12/10/10
Ada Tetesan Setelah Tetesan Terakhir
Ombak Besar Dan Ombak Kecil
Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses!
Source : Internet Bebas
06/10/10
Kasih Sayang Mertua & Menantu
Seorang wanita baru menikah dengan pria yang dicintai dan tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka berumah tangga, sangat terasa banyak ketidakcocokan di antara menantu dan sang mertua. Hampir setiap hari terdengar kritikan dan omelan dari ibu mertua. Percekcokan pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu berbuat banyak atas sikap ibunya.
Saat sang menantu merasa tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dia pun akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu demi melampiaskan sakit hati dan kebenciannya.
Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya, seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun untuk membunuh ibu mertuanya.
"Nak, untuk menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu. Setiap hari campurkan sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil masakanmu sendiri. Kamu harus bersikap baik, menghormati,dan tidak berdebat dengannya. Perlakukan dia layaknya sebagai ibumu sendiri, agar saat ibu mertuamu meninggal nanti, orang lain tidak akan menaruh curiga kepada kamu."
Dengan perasaan lega dan senang, diturutinya semua petunjuk sang paman penjual obat. Dilayaninya sang ibu mertua dengan sangat baik dan penuh perhatian! Setiap hari, ia menyuguhkan aneka makanan kesukaan si ibu mertua.
Tidak terasa, empat bulan telah berlalu dan terjadilah perubahan yang sangat besar. Dari hari ke hari, melihat sang menantu yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertua pun merasa tersentuh. Ia berbalik mulai menyayangi si menantu bahkan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Dia juga memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa menantunya adalah seorang penuh kasih dan menyayanginya.
Menyadari perubahan positif ini, sang menantu cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat, "Tolong berikan kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya patuhi nasihat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi saya seperti anaknya sendiri. Tolong paman, saya tidak ingin dia meninggal karena racun yang telah saya berikan".
Sang paman tersenyum puas dan berkata
"Anakku, kamu tidak perlu khawatir. Bubuk yang saya berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan. Racun yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu mertua. Sekarang semua racun itu telah punah oleh kasih sayang dan perhatian yang kamu berikan padanya."
Hikmah untuk Kita…
Kasih dan perhatian mendatangkan kepedulian, ketulusan, dan kerelaan untuk berkorban. Kasih dan perhatian mampu melepaskan kita dari belenggu kesalahpahaman, meluluhkan ketidakpedulian, hati yang keras, dan pikiran yang penuh kebencian. Kasih dan perhatian juga mendatangkan kedamaian dan merekatkan perbedaan menjadi suatu kedekatan yang menyenangkan.
Jika setiap hari kita mau memberikan kasih sayang dan perhatian kepada orang di sekeliling kita, maka kehidupan kita pasti akan lebih bermakna dan berbahagia…
Sumber : Internet Bebas
05/10/10
Kedamaian Hati adalah Kedamaian Sejati
Bakso Khalifatullah
Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.
"Selalu begitu, Pak?", saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.
"Maksud Bapak?", ia ganti bertanya.
"Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?"
"Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya".
Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.
Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: "Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan".
Peradaban saya masih peradaban "milik saya". Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana 'kapitalisme subyektif posesif' saya.
30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol yang marah-marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena "kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?"
Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.
Kebijaksanaan Cendol
Demikianlah akhirnya sekalian Santriyah yang tergabung dalam Qismul Mathbah (Departemen Dapur) bertugas memasak berbagai variasi menu Jawa. Dari sarapan grontol, makan siang nasi brongkos, malam gudeg, besoknya pecel, lalu sayur asem dengan snack lemet dan limpung.
Ia bukan hanya seorang pedagang. Ia seorang manusia !
03/03/10
Sebuah Integritas & Sikap Ksatria Dari Toyota
Dear Zev, AsMod dan KoKiers,
Kasus Toyota yang mencuat di berbagai mass media di dunia akhirnya mencapai puncaknya dengan penampilan langsung dari orang nomor satu Toyota Motor Corporation, Toyoda Akio ( 53 tahun ) di depan Kongres AS pada tanggal 24 Februari 2010. Penulis yang kebetulan tinggal di negeri Sakura ikut merasakan adanya aura rakyat Jepang yang antusias untuk mengikuti jalannya sidang selama 3 jam.
Toyoda Akio ( 53 tahun ) adalah cucu dari pendiri Toyota. Toyoda Akio secara " ksatria " datang ke negeri paman Sam ( AS ) untuk bersaksi dan menjawab pertanyaan dari anggota parklemen AS. Lepas dari permasalahan yang dihadapi oleh Toyota, sikap yang ditunjukkan oleh orang nomor satu Toyota adalah sikap yang mengundang decak kagum, salut dan homat.
Penulis bukanlah orang yang bermaksud memuji Toyoda Akio secara berlebihan akan tetapi marilah kita secara fair melihat bahwa sikap yang ditampilkan oleh Toyoda Akio sedikit banyak memang sangat luar biasa. Toyoda Akio dengan sikap ksatria datang untuk mempertanggungjawabkan perusahaannya yang bermasalah. Dia berani datang untuk mempertanggungjawabkan kesalahan perusahaannya, berani untuk menerima kritikan yang menjatuhkan mental dan tidak berusaha mencari kambing hitam.
Toyoda Akio secara tegas menyatakan penyesalan yang mendalam ( di berbagai mass media Jepang dan TV, berulang kali di katakan " deeply sorry " ) atas kasus yang memakan korban kecelakaan. Dia tidak lari dari tanggung jawabnya sebagai orang nomor satu Toyota. Inilah salah satu sikap yang membuat publik dunia salut bahkan penulis pun acungkan jempol buat Toyoda Akio. Memang begitulah seharusnya sebagai orang yang bertanggungjawab.
Bandingkan dengan sikap sombong nan angkuh para CEO 3 pabrik mobil terbesar di Amerika Serikat ( GM, Ford dan Chrysler ). Bulan November 2008, ketiga CEO yang angkuh datang ke hadapan Kongres hanya untuk mengemis dana talangan ( bail out ). Sikap dari para CEO sungguh jauh berbeda dengan Toyoda Akio yang santun. Apakah pantas datang ke Kongres dengan menyewa jet swasta khusus ( dari Detroit menuju Washington DC )? Yang namanya mengemis minta dana talangan ( bail out ), artinya 3 perusahaan sudah tidak punya kemampuan ( alias nyaris sekarat dan butuh bantuan dana ) untuk survive bukan? Bagaimana mungkin masih bisa menyewa jet khusus? Sungguh sikap yang menimbulkan rasa antipati padahal pada saat itu ada ribuan karyawan yang sedang proses PHK bukan? ( sumber: TV Tokyo).
Permasalahan yang dihadapi Toyota
Masalah recall ( penarikan ) produk Toyota memang mengoncangkan dunia bahkan rakyat Jepang sendiripun malu. Masalah ini semakin menjadi-jadi setelah adanya rekaman telepon darurat dari keluarga almarhum. Keluarga ini mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan, dimana 4 nyawa melayang. Kecelakaan yang fatal, menewaskan semua penumpang sekaligus pengemudi yaitu, Saylor ( 45 tahun ), Cleofe, istri dari Saylor ( 45 tahun ), Mahala ( 13 tahun ) dan Chris Lastrella ( 38 tahun ). Ke-4 orang ini terdiri dari sepasang suami isteri, anak perempuan dan adik dari pihak isteri. Pada saat kejadian, keluarga naas ini berada dalam mobil Lexus ( produk Toyota). Lokasi kejadian kecelakaan berada di jalan tol ( highway ) wilayah California - USA.
Adapun hasil rekaman maut adalah sebagai berikut :
" Kami di dalam Lexus dan kami sedang mengarah ke arah utara dengan kecepatan 125 km/ jam dan kami sungguh dalam masalah......pedal gas macet...rem tidak berfungsi...kami sedang mendekati perempatan....tahan...tahan dan hanya berdoa...oh God " ( sesaat kemudian putus hubungan ). Itulah percakapan terakhir dari keluarga korban kecelakaan, sungguh menyedihkan. Bagaimanapun rasa kehilangan anggota keluarga secara tragis memang tidak akan tergantikan.
Akibat kasus recall Toyota yang mencuat pesat, tercatat lebih dari 1,09 juta mobil Toyota di Amerika Serikat dan Eropa terkena recall ( pemanggilan kembali ). Recall dilakukan di dealer terdekat untuk memperbaiki pedal gas. Konon, pedal gas bermasalah karena pedal gas menyangkut di karpet yang tidak menempel secara benar di lantai mobil. Ada 5 model yang harus menghadapi recall yaitu, Highlender produksi 2008 - 2010, Corolla 2009 - 2010, Venza 2009 - 2010, Matrik 2009 - 2010 dan Pontiac Vibe 2009 - 2010. Sumber mengenai 5 model produk Toyota dikeluarkan oleh regulator federal.
Kasus Toyota ini pun membikin Menteri Transportasi Jepang, Seiji Maehara turun tangan sekaligus menepis prasangka buruk bahwa produk mobil Jepang diragukan kualitasnya. Sungguh momen yang tepat. Langkah yang ditempuh Seiji Maehara perlu dilakukan agar problem Toyota tidak menyeret perusahaan -perusahaan Jepang lain di luar negeri ataupun produk Jepang.
Penulis pun menemukan fakta bahwa sebenarnya recall adalah hal yang biasa dalam industri otomotif. Menurut Nikkei Shimbun ( koran bisnis Jepang ), mobil-mobil buatan paman Sam pun berulangkali menghadapi masalah recall. Bulan Oktober 2009, Ford menyelesaikan kasus recall yang melibatkan 14 juta mobil ( lebih besar jumlahnya dari Toyota bukan? ). Masalah yang dihadapi adalah kurang sempurnanya cruise control. Begitu pula dengan pihak GM ( General Motors ) melakukan recall sekitar 850.000 mobil akibat masalah wiper ( penghapus air ) di kaca depan. Desember 2007, Chrysler pun melakukan recall terhadap 575.000 mobil karena kurang sempurnanya gigi perseneling.
Honda melakukan recall dibulan Februari 2010 karena Airbag model Inflator Dual Igniter yang bermasalah dan juga masalah power window system. VW pun di bulan Februari 2010 menarik 200.000 mobil model Novo Gol dan Novo Voyage di Brazil karena masalah bearing roda belakang yang sering kurang pelumas. Bahkan Peugeot Citroen me-recall 97.000 mobil di Eropa untuk model peugeot 107 dan Citroen C1 karena masalah pedal gas. Dan masih ada banyak lagi kasus recall mobil di dunia ini.
Pihak -pihak yang berkepentingan dengan kasus Toyota
Memang tidak dapat di pungkiri bahwa Toyota benar bermasalah dengan pedal gas yang memakan korban jiwa dalam kecelakaan ( total 34 korban jiwa ), akan tetapi siapakah pihak yang sengaja memblow-up kasus Toyota dan yang paling diuntungkan? Banyak kalangan rakyat Jepang yakin pemerintah USA ada dibalik semuanya. Tujuannya hanya satu yaitu proteksionisme terhadap perusahaan asing di USA.
Hanya kebetulan Toyota bermasalah dan diperberat dengan ditemukannya rekaman terakhir keluarga korban kecelakaan itulah maka GM, Ford dan Chrysler berusaha menjatuhkan reputasi Toyota di USA. Jangan lupa November tahun 2008, GM, Ford, dan Chrysler mengemis dana talangan ( bail out ) kepada pemerintah AS. KoKiers, ada dugaan bahwa politik bisnis pemerintahan AS turut bermain dalam recall Toyota karena mereka pun ingin menggeser kedudukan Toyota yang sudah merajai pasar mobil di USA bukan?
Dugaan semakin kuat bahwa bukan sekedar recall produk Toyota dan pedal gas. Besar kemungkinan bahwa ada udang di balik batu dengan cara-cara " kurang elegan " untuk menjatuhkan Toyota. Hal ini sudah bukan hanya menyangkut Toyota akan tetapi berlatar belakang politik antar kedua negara yaitu USA dan Jepang.
Pemerintah USA hanya ingin mendorong kenaikan pemasaran mobil buatan USA yang pernah menjadi " tuan rumah " di USA hingga dekade 1970-an. Itulah sebabnya, kasus Toyota di blow-up oleh pihak -pihak yang berkepentingan. Terbukti dikala kasus recall Toyota mecuat, pihak GM ( saingan Toyota ) segera melakukan perang urat syaraf untuk menjelek-jelekkan produk Toyota, akan tetapi ternyata usaha GM tetap tidak bikin rakyat USA berpindah untuk membeli produk GM bukan?
Toyota yang didirikan pada bulan September 1933. Pendiri Toyota yang legendaris adalah Kiichiro Toyoda. Motto Toyota yang terkenal adalah " customer first ", menjunjung tinggi kualitas dan pelayanan yang prima terhadap produknya. Memang bukan pekerjaan mudah buat Toyota untuk memulihkan nama baiknya akibat kasus recall, akan tetapi penulis masih yakin 100% bahwa Toyota akan menangani permasalahannya dengan baik. Ganbatte kudasai.
Akhir kata, kasus recall Toyota beserta " bumbu-bumbu penyedapnya " adalah suatu hal yang sering terjadi di dunia bukan? Resiko bisnis yang mungkin bisa saja menimpa setiap perusahaan bahkan perusahaan sekaliber dunia sekalipun. Tiba- tiba saya teringat salah satu pepatah, " Lebih baik kalah secara jantan ( gentle ) daripada menang secara keji ". Pelajaran yang berharga buat Toyota dan juga pihak -pihak yang berkepentingan untuk menjatuhkan Toyota.
Terimakasih buat semuanya yang telah membaca dan menuliskan komentar.
Salam hangat dari Jepang,
Ryu & Yuka-chan no mama
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/2/1377/sikap_ksatria_dari_toyota_/
01/03/10
Sales Compensation (Sistem Penggajian Sales)
Berbahagialah bagi para karyawan yang bergelut di bidang Sales. Mengapa ? Karena merekalah yang sebenarnya ujung tombak perusahaan. Jika kita bandingkan dengan seluruh jabatan dan departemen atau seksi-seksi di perusahaan, maka departemen Sales merupakan profit maker. Kita bisa bedakan jenis pekerjaan pada tiap-tiap perusahaan menjadi 2 bagian :
1. Profit Department, Unit ini biasanya dimiliki oleh Sales Department dan semua jabatan penghasil pundi-pundi keuangan perusahaan.
2. Supporting Department, Pada unit ini bersifat mensupport dan mendukung seluruh langkah operasional perusahaan untuk pencapaian target.
Menjaga karyawan sales merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Mungkin kita bisa memotivasi seseorang sales, namun bagaimana dengan sales yang lainnya ? Bisa saja para sales yang lainnya mungkin malah tidak termotivasi. Para Sales Manager harus mengetahui hal ini dan selalu mengetahui semua kondisi salesnya berada pada tingkat posisi yang mana pada skala motivasi. Imbal jasa sales merupakan faktor yang sangat krusial, namun tidak hanya itu saja, beberapa faktor lainnya juga sangat berpengaruh seperti yang bersifat universal di semua perusahaan yaitu salah satu diantaranya adalah kurang diperhatikannya korelasi antara faktor kesuksesan penjualan dengan imbal jasanya. Hal ini akan mengakibatkan para sales kita akan melirik dan mencari perusahaan yang lain lagi.
Kebijakan Sales Compensation = Garda terdepan
Seringkali perusahaan mengubah strategi kompensasinya, dan hanya merekruit dari satu type kandidat dan berfikir bahwa jenis karyawan yang seperti inilah yang kita butuhkan. Dan tak lama kemudian dalam hitungan bulan, mereka memerlukan beberapa keahlian lain yang perlu dimiliki oleh kandidat kita ini. Jadi marilah kita berkaca bahwa kadangkala kondisi yang tidak diinginkanitu terjadi sehingga kita perlu membuat sistem yang menarik sales kita.
Kebijakan Khusus diantara para Sales
Dewasa ini seringkali kita dipusingkan oleh para sales kita yang baru saja beberapa bulan onboard, kemudian mengajukan pengunduran dirinya. Padahal jenis sales seperti ini yang paling dan amat sangat kita butuhkan di perusahaan. Sales yang keluar ini bisa kita katakan adalah penggabungan dari kecerdasan dan kemampuan menjual yang luar biasa bahkan dari sekian jumlah sales yang kita miliki, perolehan sales karyawan yang briliant tersebut diatas 50% dari rekan-rekannya. Jadi kita harus membuat para top performance ini tetap bertahan dan loyal kepada kita.
Gross Revenue & Gross Margin
Ada hal yang sangat perlu diperhatikan yaitu ketika para sales berhasil menggolkan beberapa projek/tender besar. Hal ini akan sangat menggembirakan bagi perusahaan dan para sales itu sendiri, namun dilain pihak, projek /tender ini terus berjalan dan seringkali hasilnya diluar dari perkiraan semula seperti faktor tenaga yang diperlukan, durasi pekerjaan yang kurang dan sebaginya. Tentu saja akibatnya adalah profit perusahaan berkurang dan tentu saja ini diluar perhitungan dari para sales. Para sales menganggap bahwa tugas mereka sudah selesai dengan berhasil melakukan deal & closing atas projek tersebut. Tentu saja proses projek terbut diluar kendali para sales. Model kompensasi yang dilakukan disini harus dibuat dengan sangat hati-hati agar tidak bermasalah di kemudian hari.
Sales Fokus
Perusahaan wajib menjaga fokus dari para salesnya. Dalam hal ini biasanya sistem financial sales dikeluarkan dari management policy. Ada istilah untuk para sales yaitu "the sky is the limit" atau tidak ada batasannya untuk para sales. Kita sebaiknya memberikan data kepada mereka dan berikanlah gambaran akan target kita dan biarkan mereka berjalan dengan sendirinya. Biasanya mahluk sales ini sangat independent, tidak terpengaruh akan kuota target perusahaan. Hal ini merupakan naluri dasar para sales.
Jangan sekali-kali membebankan biaya tinggi yang terjadi pada departemen lain untuk menjadi tanggungan para sales kita. Selesaikan masalah itu dan jangan biarkan keuntungan yang seharusnya diperoleh para sales kita harus dipotong terlebih dahulu dengan cost department lain.
Merancang Penggajian Sales
Terdapat 4 faktor utama yang menyertai dalam melakukan perancangan penggajian para sales :
1. Sifat dasar Orang Sales
Stereotipe yang sangat populer untuk para sales adalah sangat termotivasi oleh penggajiannya yang sangat menarik. Beberapa studi lebih lanjut bahkan menempatkan faktor ini sebagai faktor yang dominan karena menghasilkan 83,7% responden menyatakan kepuasan dari faktor ini dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti : kesempatan promosi, pengembangan diri, sense of accomplishment, aktualisasi diri, dan job security.
2. Strategi Organisasi
Rencana Penggajian para Sales harus dikaitkan dengan prilaku para sales dengan strategi organisasi. Para sales haruslah mengetahui kapan dia akan menekan customer service dan kapan dia akan menekan sales volume. Dan ketika sales volume masuk target, produk yang mana yang harus dikejar dengan keras.
Sinyal dari perencanaan strategis ini sangat penting. Contohnya : penekanan pada pelayanan pelanggan untuk membangun market share mungkin akan membatasi jumlah sales volume yang dihasilkan. Biasanya sales representative yang mengikuti sistem insentif akan melihat bahwa pelayanan pelanggan ini sebagai sebuah pemaksaan, mengambil alih kemungkinan adanya penjualan yang mendatangkan uang. Hal yang tidak menguntungkan terjadi bagi para sales yang sistem penggajiannya berdasarkan pada basis komisi pada pasar yang secara potensial salesnya kecil. Hal ini juga akan menjadikan para sales itu rawan untuk pindah ke kompetitor. Untuk menghindari hal ini perlu dilakukan perubahan seperti melakukan penggajiannya dengan base pay yang tinggi dan insentif yang rendah.
Beberapa model penggajian para sales :
- Gaji saja
- Komisi saja
- Komisi + Bonus
- Gaji + Komisi
- Gaji + Bonus
- Gaji + Komisi + Bonus
Adapun besarnya ditentukan oleh kemampuan perusahaan serta perhitungan-perhitungan tersendiri yang sangat khas.
3. Kompetitor
Dalam melakukan sistem penggajian sales, organisasi harus melihat faktor eksternal (luar) karena sangatlah penting. Karena para kompetitor kita akan merintangi jalan agar mereka yang menjadi nomor satu. Untuk memastikan hal ini maka organisasi harus mengidentifikasi, benchmarking kesemua hal ini dengan efektif agar para SDM kita tidak dibajak dan kita akan kehilangan tenaga yang sangat potensial hanya karena keteledoran kita dalam memanage SDM organisasi
4. Produk yang dijual
Produk / jasa yang dijual juga mempengaruhi pembuatan sistem penggajian. Beberapa produk & jasa yang memiliki banyak hambatan dalam memasuki pasar akan membutuhkan beberapa pelatihan/training yang dieprlukan untuk mengefektifkan pemasaran di lapangan. Sistem penggajian model ini biasanya meliputi gaji yang tinggi untuk meminimisasi resiko yang dihadapi dari para sales dan menyemangati para pemula dengan berbagai program pelatihan. Berbeda dengan itu, apabila produknya tidak memiliki kendala dalam memasuki pasar maka kemampuan melakukan presentasi haruslah dimiliki oleh para sales. Biasanya insentif yang tinggi akan diperoleh pada sistem ini.
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian :
- Dapatkah sales forces anda menginformasikan secara benar bagaimana kuota disetting ?
- Ketika kuota bisnis operasi anda berjalan sukses, apakah 60-70% dari sales force mencapai kuota ?
- Apakah high performance selalu mencapai target secara konsisten ?
- Apakah low performance memperlihatkan peningkatan yang terus menerus ?
Widhi Setyo Kusumo
Associate Consultant WhiteHouse Consulting & HRD Forum
Refferences :
- The Compensation Bandbook, Lance A. Berger, Dorothy R Berger, McGraw-Hill
- Compensation, George T. Milkovich, Jerry M. Newman, McGraw-Hill
- Handbook of Compensation, Benefits & Total Rewards, The WorldatWork, John Willey & Sons