Custom Search

25/08/08

Tiga Karung Beras

 
Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.
 
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
 
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
 
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
 
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
 
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran".
 
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
 
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
 
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
 
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
 
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
 
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
 
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
 
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
 
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
 
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
 
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
 
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
 
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
 
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:
 
"Oh Mamaku..................
 
Sumber :
- Internet bebas
- gambar ilustrasi, sumber: maul-keren.blogspot.com
- music : iwan fals (tanpa ijin)

Kasih Sayang Ibu (yang diceritakan lewat kisah penciptaannya)

Kala itu, tiba saatnya Allah menciptakan ibu dan seorang malaikat menghampiri-Nya dan berkata lembut:
 
Allah, banyak nian waktu yang Allah habiskan untuk menciptakan ibu ini?"
 
Dan Allah menjawab pelan: "Tidakkah kau lihat perincian yang harus dikerjakan?
 
1. Ibu ini harus waterproof (tahan air/cuci) tapi bukan dari plastik.
2. Harus terdiri dari 180 bagian yang lentur, lemas dan tidak cepat capai.
3. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan seadanya untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya.
4. Memiliki kuping yang lebar, tajam dan tidak tuli untuk menampung keluhan anak-anaknya.
5. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukan hati anaknya.
6. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah, dan
7. Enam pasang tangan ---- tampak Malaikat itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata.
 
"Enam pasang tangan...??? ck.ck.ck" ----
 
"Tentu saja! Bukan tangan yang merepotkan Saya, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik..." balas Allah.
 
8. Juga tiga pasang mata yang harus dimiliki seorang ibu.
 
Malaikat semakin heran "Bagaimana modelnya???".
 
Allah tersenyum dan menjelaskan :
"Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya:
 
"Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ?", padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya.
 
"Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat ke belakang tanpa menoleh.
 
Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat. Dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata itu harus bisa bicara!
 
Mata itu harus berkata: "Saya mengerti dan saya sayang padamu". Meski tak diucapkan sepatah kata pun.
 
"Allah", kata malaikat itu lagi, "Istirahatlah".
 
Tapi Allah berkata "Saya tidak dapat, Saya sudah hampir selesai"
 
9. Ia harus dapat menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit.
10. Ia harus bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging
11. Ia juga harus menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi....
 
Akhirnya Malaikat membalik-balikkan contoh/sample/prototipe Ibu dengan perlahan.
 
"Terlalu lunak", katanya memberi komentar.
 
"Tapi kuat", kata Tuhan bersemangat. "Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang bisa ia tanggung, pikul dan derita.
 
"Apakah ia dapat berpikir?" tanya malaikat lagi.
 
"Ia bukan saja dapat berpikir, tapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan berkompromi", kata Sang Pencipta.
 
Akhirnya Malaikat menyentuh sesuatu dipipi.
 
"Eh, ada kebocoran di sini"
 
"Itu bukan kebocoran", kata Allah. "Itu adalah air mata.. air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan,air mata kesepian, air mata kebanggaan, airmata...., airmata...."
 
Sumber : Internet bebas (modifikasi bebas)

18/08/08

Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke 63

 
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke 63
 
Jayalah Indonesiaku !!!

16/08/08

Lotus - Nelumbo nucifera Gaertn

Spesies :Nelumbo nucifera Gaertn.
 
Nama Inggris :Lotus, sacred lotus, Indian lotus
 
Nama Indonesia :terate
 
Deskripsi :
Terna aquatik, besar, bertahunan, berwarna hijau laut, gundul, tinggi 1.2—2.5 m, getah mengandung susu, berakar pada habitatnya (biasanya lumpur). Rimpang merayap, bersendi, panjangnya dapat mencapai 10 m, diameter 6—9 cm, antar sendi menjorong, panjang 10—30 cm, putih sampai coklat cerah, berdaging, berlendir dan agak berserabut. Daun memerisai, muncul dari sendi-sendi, satu per sendi; tangkai daun menggalah, panjangnya dapat mencapai 2.5 m, tertutup dengan duri-duri berdaging dan pendek, di bagian dalamnya dengan banyak saluran udara; helaian daun bundar merapat turun atau bentuk mangkuk dangkal, diameter mencapai 90 cm atau lebih, permukaan atas berwarna hijau laut, permukaan bawah keunguan, muncul di atas air. Bunga soliter, di ketiak daun, tegak atau mengangguk, diameter 15—25 cm, harum, kemerah-merahan dengan pangkal putih, jarang yang keseluruhannya putih; gantilan tegak, menggalah, panjangnya mencapai 2 m atau lebih, berduri seperti tangkai daun; daun kelopak 2—5, dapat mencapai 2.5 cm 2 cm, gugur sebelum antesis; daun mahkota kurang lebih 20, tidak sama, membundar telur sungsang, ukuran dapat mencapai 7—15 cm 3—7 cm, menyisip pada pangkal penyangga, bagian luar lebih kecil, bagian tengah besar, bagian dalam berukuran menengah; benangsari banyak, menyisip di atas mahkota, tangkai sari memita, panjang mencapai 2.5 cm, kepala sari kuning; penyangga mengerucut sungsang dengan ujung rata, 2—4 cm 3—4 cm, memampung, kuning saat antesis, berubah hijau akhirnya coklat tua dan diameter 6—11 cm; bakal buah 10—30, terbenam pada ujung penyangga, bebas, satu bakal biji; tangkai putik pendek, kepala putik menebal. Buah pinak geluk ganda tidak merekah; pinak geluk 10—30 per buah ganda, membulat telur-melonjong, 1—2.5 cm 1—1.5 cm, coklat tua. Biji dengan 1kotiledon dan endosperma membungkus embrio sebagai selaput yang tipis.
 
Distribusi/Penyebaran :
Terate asli dari daratan Asia (mungkin India), tetapi sekarang telah tersebar secara luas (baik meliar ataupun dibudidayakan) dari Afrika Timur Laut sampai Australia Timur Laut, termasuk Asia Tenggara, China dan Jepang. Selama paling sedikit 6000 tahun, jenis tersebut telah berasosiasi dengan kultur orang-orang India dan di bidang keagamaan dianggap sebagai bunga suci. Juga kadang-kadang dibudidayakan sebagai tanaman hias di Eropa, Afrika dan Amerika.
 
Habitat :
Habitat alami terate adalah di air tawar di Asia tropik dan subtropik. Terate tumbuh di tempat-tempat bekas pertambangan tua, danau-danau alam atau buatan manusia, saluran-saluran dan kolam-kolam. Karena rimpangnya bergantung dalam-dalam di lumpur bawah air, maka disaat musim dingin (salju) datang akan tetap hidup. Oleh karena itu, terate tersebar secara luas di Asia, bahkan di daerah-daerah yang tidak bebas dari salju. Jenis tersebut hidup mulai dari pantai sampai pada ketinggian 1800 m dpl.
 
Perbanyakan :
Potongan rimpang biasanya digunakan sebagai material penanaman dan ditanam dengan kuncup hanya di atas lumpur dibawah kurang lebih 1 m dari air. Biji terate juga akan mudah menghasilkan tanaman, tetapi akan memakan waktu lebih lama untuk menghasilkan rimpang dengan ukuran yang laku dijual. Dari biji, semainya ditumbuhkan di papan persemaian dan ditanam di lapangan sesudah kurang lebih 2 bulan. Biji-biji buah terate dilaporkan masih dapat hidup selama lebih dari satu abad. Adanya penutup dinding buah yang keras berguna untuk melindungi biji. Buah yang disimpan untuk waktu yang lama membutuhkan torehan untuk merangsang perkecambahan biji. Kurang lebih 45 kg potongan rimpang atau 10 kg biji dibutuhkan untuk 1 ha tanah.
 
Manfaat tumbuhan :
Pati dari rimpangnya dapat dimakan mentah atau dimasak lebih dulu dan dapat dijual dalam keadaan segar, kering, kalengan, sebagai tepung, cuka atau disimpan lama sebagai permen. Biji yang belum masak enak dimakan secara segar. Biji yang sudah masak dapat dimakan mentah, dikukus atau dipanggang, biasanya dengan menghilangkan lebih dulu embrionya yang pahit. Sebelum dijual dalam bentuk kering, kulit biji dan embrionya dibuang lebih dulu. Taruk rimpang yang masih muda dan daun yang tidak melebar dapat dimakan dengan dikukus lebih dulu sebagai sayuran, sedangkan daun yang sangat muda dapat dimakan mentah. Dalam pengobatan tradisional, terate mempunyai banyak kegunaan. Orang-orang China menggunakan rimpangnya untuk obat diare dan disentri, sementara orang-orang Kamboja menggunakannya sebagai campuran teh. Di China, orang-orang menggunakan embrionya untuk menurunkan demam, obat kolera dan sebagai penguat; sedangkan di Malaysia mereka menggunakannya sebagai obat demam dan campuran teh. Di Indonesia, orang-orang menggunakan daun mahkotanya sebagai obat diare dan muntah; sedangkan di Malaysia, hasil tumbukannya sebagai obat sifilis, orang-orang China menggunakannya dalam bahan kosmetika, di India digunakan sebagai obat demam dan disentri, dan di Kamboja serta Filipina sebagai obat disentri. Orang-orang China menggunakan benangsarinya sebagai penyegar, diuretik dan kosmetik; sedangkan di India digunakan sebagai penyegar dan pendingin, dan di Indo-China untuk memberi aroma teh. Di Indonesia dan India, sari dari tangkai daun dan gagang sebagai obat diare. Daun sering dipakai sebagai pembungkus, terutama untuk makanan yang dikukus. Di India, serabut pada tangkai daun dapat dibuat menjadi sumbu untuk lampu upacara keagamaan, sedangkan pembuatan parfum dapat diekstrak dari bunganya. Disamping kegunaannya tersebut, terate mungkin lebih terkenal sebagi tanaman hias karena keindahan dari bunga dan buahnya (juga dalam bentuk kering). Di India, terate merupakan "bunga nasional", juga merupakan simbol Ketuhanan, kesucian, kecantikan, kebaikan hati, keharuman, ketenangan, kesuburan, kemakmuran dan sering dianugerahkan seseorang karena kemuliaannya oleh penyair, seniman, pemahat patung, arsitek, dan orang-orang pandai (pakar).
 
Sinonim :
Nymphaea nelumbo L. Nelumbium speciosum Willd. Nelumbo nelumbo (L.) Druce.
 
Sumber Prosea :
9: Plants yielding non-seed carbohydrates p.131-133 (author(s): Ong, HC)
 
Kategori :
Bahan pangan pokok
 

15/08/08

Filosofi Semar dalam Kebudayaan Jawa

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
 
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
 
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
 
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
 
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan
 
Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".
 
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa.
 
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
 
Semar barjalan menghadap keatas maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat".
 
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia), agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.
 
Ciri sosok semar adalah
- Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
- Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
- Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
- Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
- Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
 
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.
 
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas, dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa.
 
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
 
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
 
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji
budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".
 

Semar dan Wahyu

Di dalam tulisan sebelumnya yang berjudul "Batara Semar," telah dipaparkan bahwa Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dlam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri.
 
Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak. Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.
 
Dengan penggambaran bentuk yang demikian, dimaksudkan bahwa Semar selain sosok yang sarat misteri, ia juga merupakan simbol kesempurnaan hidup. Di dalam Semar tersimpan karakter wanita, karakter laki-laki, karakter anak-anak, karakter orang dewasa atau orang tua, ekspresi gembira dan ekspresi sedih bercampur menjadi satu. Kesempurnaan tokoh Semar semakin lengkap, ditambah dengan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa, yang disimpan di kuncungnya. Jimat tersebut mempunyai delapan daya yaitu; terhindar dari lapar, ngantuk, asmara, sedih, capek, sakit, panas dan dingin. Delapan macam kasiat Mustika Manik Astagina tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa, walaupun Semar hidup di alam kodrat, ia berada di atas kodrat. Ia adalah simbol misteri kehidupan, dan sekaligus kehidupan itu sendiri.
 
Jika dipahami bahwa hidup merupakan anugerah dari Sang Maha Hidup, maka Semar merupakan anugerah Sang Maha Hidup yang hidup dalam kehidupan nyata. Tokoh yang diikuti Semar adalah gambaran riil, bahwa sang tokoh tersebut senantiasa menjaga, mencintai dan menghidupi hidup itu sendiri, hidup yang berasal dari Sang Maha Hidup. Jika hidup itu dijaga, dipelihara dan dicintai maka hipup tersebut akan berkembang mencapai puncak dan menyatu kepada Sang Sumber Hidup, manunggaling kawula lan Gusti. Pada upaya bersatunya antara kawula dan Gusti inilah, Semar menjadi penting. Karena berdasarkan makna yang disimbolkan dan terkandung dalam tokoh Semar, maka hanya melalui Semar, bersama Semar dan di dalam Semar, orang akan mampu mengembangkan hidupnya hingga mencapai kesempurnaan dan menyatu dengan Tuhannya.
 
Selain sebagai simbol sebuah proses kehidupan yang akhirnya dapat membawa kehidupan seseorang kembali dan bersatu kepada Sang Sumber Hidup, Semar menjadi tanda sebuah rahmat Illahi (wahyu) kepada titahnya, Ini disimbolkan dengan kepanjangan nama dari Semar, yaitu Badranaya. Badra artinya Rembulan, atau keberuntungan yang baik sekali. Sedangkan Naya adalah perilaku kebijaksanaan. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam perilaku kebijaksanaan, tersimpan sebuah keberuntungan yang baik sekali, bagai orang kejatuhan rembulan atau mendapatkan wahyu.
 
Dalam lakon wayang, yang bercerita tentang Wahyu, tokoh Semar Badranaya menjadi rebutan para raja, karena dapat dipastikan, bahwa dengan memiliki Semar Badranaya maka wahyu akan berada dipihaknya.
Menjadi menarik bahwa ada dua sudut pandang yang berbeda, ketika para satria raja maupun pendeta memperebutkan Semar Badranaya dalam usahanya mendapatkan wahyu. Sudut pandang pertama, mendudukkan Semar Badranaya sebagai sarana phisik untuk sebuah target. Mereka meyakini bahwa dengan memboyong Semar, wahyu akan mengikutnya sehingga dengan sendirinya sang wahyu didapatkan. Sudut pandang ini kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kurawa atau tokoh-tokoh dari sabrang, atau juga tokoh lain yang hanya menginkan jalan pintas, mencari enaknya sendiri. Yang penting mendapatkan wahyu, tanpa harus menjalani laku yang rumit dan berat.
 
Sudut pandang ke dua adalah mereka yang mendudukan Semar Badranaya sebagai sarana batin untuk sebuah proses. Konsekwensinya bahwa mereka mau membuka hati agar Semar Badranaya masuk, tinggal dan menyertai kehidupannya, sehingga dapat berproses bersama meraih Wahyu. Penganut pandangan ini adalah kelompok dari keturunan Saptaarga. Dari ke dua sudut pandang itulah dibangun konflik, dalam usahanya memperebutkan turunnya wahyu. Dan tentu saja berakhir dengan kemenangan kelompok Saptaarga.
 
Mengapa wahyu selalu jatuh kepada keturunan Saptaarga? Karena keturunan Saptaarga selalu mengajarkan perilaku kebijaksannan, semenjak Resi Manumanasa hingga sampai Harjuna. Di kalangan Saptaarga ada warisan tradisi sepiritual yang kuat dan konsisten dalam hidupnya. Tradisi tersebut antara lain; sikap rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa, mengurangi makan dan tidur dan laku lainnya. Karena tradisi-tradisi itulah, maka keturunan Saptaarga kuat diemong oleh Semar Badranaya.
 
Masuknya Semar Badranaya dalam setiap kehidupan, menggambarkan masuknya Sang Penyelenggara Illahi di dalam hidup itu sendiri. Maka sudah sepantasnya, anugerah Ilahi yang berujud wahyu akan bersemayam di dalamnya. Karena apa yang tersembunyi di balik tokoh Semar adalah Wahyu. Wahyu yang disembunyikan bagi orang tamak dan dibuka bagi orang yang hatinya merunduk dan melakukan perilaku kebijaksanaan. Seperti yang dilakukan keturunan Saptaarga
 
(herjaka)

Batara Semar

MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
 
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
 
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
- tidak pernah lapar
- tidak pernah mengantuk
- tidak pernah jatuh cinta
- tidak pernah bersedih
- tidak pernah merasa capek
- tidak pernah menderita sakit
- tidak pernah kepanasan
- tidak pernah kedinginan
 
kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.
 
Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.
 
Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta.
 
Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.
 
Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
 
Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.
 
Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.
 
Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.
 
Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.
 
Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.
 
Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar.
 
SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.
 
(herjaka)
Custom Search